Efek dominonya, kepemimpinan inklusif dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam internal kelompok. Dilansir dari Center for Creative Leadership (2020), kepemimpinan inklusif bisa menghindarkan kelompok dari kemungkinan tokenisme, asimilasi, dan dehumanisasi. Kelompok akan menjelma suatu unit yang solid, berkembang, dan terus berekspansi. Berikut beberapa kunci untuk menjadi pemimpin yang inklusif.
1. Komitmen yang kuat
Lingkungan kerja yang beragam tetapi inklusif membutuhkan waktu dan energi, ketimbang sekadar memberikan instruksi kepada anggota. Namun, hasil kerja yang dicapai biasanya sangat luar biasa, bahkan melebihi target kerja yang dicanangkan.
Tentu kondisi ideal ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin inklusif. Biasanya, pemimpin inklusif memiliki komitmen yang kuat dalam memimpin orang-orang dengan latar belakang yang berbeda.
Bagi mereka, memimpin orang-orang yang berbeda bukanlah beban. Malah, kegiatan ini merupakan investasi jangka panjang untuk kebaikan dan masa depan kelompok.