Masuknya pasukan Sekutu ke Indonesia dengan dalih melucuti Jepang memicu situasi panas. Di balik itu, terdapat pasukan Belanda yang berusaha menguasai kembali Indonesia melalui NICA. Rakyat Surabaya tegas menolak upaya tersebut.
Konflik semakin memanas setelah Brigjen A.W.S. Mallaby, Komandan Pasukan Inggris, tewas dalam insiden di Jembatan Merah. Kejadian ini membuat pihak Sekutu memberikan ultimatum keras kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata dan kekuasaan.
Namun, rakyat tidak tinggal diam. Teriakan "Merdeka atau Mati!" yang disuarakan Bung Tomo melalui radio membakar semangat perlawanan. Pertempuran besar pun pecah pada 10 November, dan Surabaya menjadi kota yang berani berdiri melawan kekuatan militer Sekutu.