“Ciri menonjol dari batik Garut adalah warna latar kuning muda, seperti warga gading atau gumading. Motif-motifnya, antara lain kotak, kawung, dan parang,” ucapnya.
Penulis buku Seputar Garut Darpan Ariawinangun mengatakan kebiasaan membatik sudah lama ada di Tatar Sunda. Hal ini karena kedatangan Karel Frederik Holle akhir abad ke 19 dengan mendirikan Perkebunan Teh Waspada di Garut.
“Holle memberi kesempatan warga memproduksi batik untuk pakaian sehari-hari atau pakaian kerja di kebun. Dalam buku panduan perjalanan Garoet en Omstreken, batik garutan sudah jadi oleh-oleh wisatawan di tahun 1920,” katanya.
Di Tasikmalaya, batik berkembang pesat hingga di tahun 1939. Namun, di masa penjajahan Jepang. Kondisinya berubah 180 derajat hingga ratusan usaha batik tutup dan baru kembali bangkit setelah Indonesia merdeka.