Ia mencontohkan, ketika membaca berita online, maka user akan melihat sekian persen tampilan website dengan gambar-gambar yang berbeda, baik itu gambar promosi maupun gambar tampilan yang tidak sepantasnya. Bahkan kita menemukan sampai empat kali gambar tersebut, padahal yang diinginkan adalah membaca beritanya.
“Ini merupakan gambar yang rata-rata termasuk area yang tidak sepantasnya dikonsumsi oleh generasi-generasi penerus bangsa,” katanya.
Pada digital ethic, kata gubernur, terdapat digital society. Saat ini digital Society, sering didiskusikan oleh beberapa pakar, karena ada kemungkinan digital society ini menghilangkan aspek hubungan sosial, dan pertemuan tatap muka atau face to fece.
“Hal ini jangan sampai terjadi. Karena silaturrahmi tidak bisa digantikan. Sebab silaturrahmi akan menyemai banyak kedamaian, juga akan memperbanyak rezeki,” tuturnya.
Namun demikian, digital society ini sudah berjalan, bahkan saat ini masyarakat di Indonesia sedang di posisi 4.0. maka dengan begitu masyarakat kini sedang menuju 5.0.
Saat ini yang jadikan pilot project untuk transformasi digital di Jawa Timur dengan implementasi society 5.0 adalah ITS. Namun harus lebih mengedepankan sisi human, sehingga nantinya bisa disebut tranformasi digital dengan kearifan lokal.