"Hampir semua teknologi sudah bisa dikerjakan di Indonesia, dari yang paling sulit transplantasi organ, perawatan critical care canggih (ecmo), sampai terapi regeratip (stem cell), sudah ada plot SDM-nya. Tinggal investornya mau invest apa tidak? Karena semua alat masih berada di luar Indonesia," kata dr. Sutrisno dalam rapat bersama DPD RI komite III di kantor Gubernur Jatim, Senin (07/02/2022).
Musabab kurangnya teknologi canggih dalam dunia medis inilah tersebut, mendorong masyarakat akhirnya berlomba-lomba untuk berobat ke luar negeri seperti ke Singapura dan negara lainnya.
Lucunya, banyak kaum-kaum milenial Indonesia yang mulai merambah ke bidang Biotechnology. Namun lagi-lagi, support yang kurang dari pemerintah membuat asa anak bangsa akhirnya putus di tengah jalan.
"Padahal Biotechnology ini lah yang bisa membuat keder negara-negara besar seperti Amerika, China dan lain-lain," ucapnya.