"Hanacaraka cuma ditambahin kaki depan dan kaki belakang. Dan itu kan sebenarnya Aksara Kawi itu kan banyak. Bisa katakan itu jenis fontnya," kata pemuda asal Cirebon ini.
"Itu tergantung dari medianya jika ditulis di lempengan atau prasasti juga memiliki perubahan. Yang di batu cenderung lebih sederhana dan di zaman Majapahit itu banyak lekukan-lekukan jadi lebih estetik," sambungnya.
Ditanya soal target pencapaian, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Sastra Inggris itu mengungkapkan, minimal anak-anak didiknya bisa membaca teks kuno. Dengan begitu, lambat laun mereka akan bisa menerjemahkannya.