Keragaman beragama di negara Balkan
Periode Ottoman di Balkan ditandai oleh keragaman agama: Kristen Katolik dan Ortodoks, sebagian besar muslim Sunni dan Yahudi, tinggal bersama dalam jarak yang berdekatan di kota-kota. Apa yang disebut sistem Millet memungkinkan "kehidupan mandiri dan otonom" bagi semua agama, tegas Hacisalihoglu.
Meskipun kawasan pemukiman pada umumnya terpisah, masyarakat rutin berinteraksi di alun-alun pasar. Sering kali jarak antara gereja, sinagoga, dan masjid hanya sekitar seratus meter, seperti yang masih dapat dilihat hingga saat ini di ibu kota Bulgaria, Sofia. "Kaum nonmuslim yang diakui sebagai monoteis menikmati otonomi tingkat tinggi dalam tatanan hierarki yang didominasi oleh muslim Sunni," tulis Profesor Gudrun Krmer.
Setelah tahun 1870, Rusia berusaha menaklukkan wilayah di Balkan. Motifnya masih kontroversial di kalangan sejarawan. Sejarawan Inggris William Holt menggambarkan proses ini sebagai upaya "Reconquista di Balkan". Sementara ilmuwan lain menekankan motif politik dan ekonomi atas tindakan Rusia.
Namun rencana Rusia ini akhirnya gagal, utamanya disebabkan oleh politik Austria-Hongaria. Pada tahun 1878, Austria menduduki Bosnia dan secara resmi mengakui umat Islam di sana sebagai sebuah komunitas.