“Kalau orang sudah sampai maqam makrifat, tidak ada rasa tenang yang muncul dari dirinya, yang ada hanyalah ridha. Rasa tenang hanya akan berarti bila digunakan sebagai bahan bakar untuk melanjutkan ibadah kepada Allah,” lanjut kiai yang akrab di panggil Abuya itu.
Dalam pemaparannya, Kiai Miftach mengutip pandangan ulama sufi Syekh Ismail bin Nujaid yang mengatakan bahwa rasa manis dalam ibadah adalah isyarat agar seseorang terus melangkah dalam ketaatan.
“Oleh karena itu, manakala kita menemukan sebuah ibadah kok ada rasa manis (di hati), jangan berhenti dengan rasa manis itu. Alhamdulillah tadi kok wiridku enak. Wah berarti ini saya disuruh terus langsung,” kata beliau menirukan ucapan ulama sufi tersebut.