Lebih lanjut, Kiai Miftach mengingatkan bahwa banyak orang terhenti di tengah jalan spiritualnya karena mengira sudah mencapai tujuan.
“Banyak orang yang tidak sampai jalannya, kena begal di tengah jalan oleh nafsu dan syaitan dengan rasa manis dan halawah itu tadi. Dikiranya sudah nyampe, padahal masih jauh,” jelas Rais amm NU.
Menurut Kiai Miftach, ketenangan sejati baru akan dirasakan sepenuhnya di akhirat, sementara di dunia, ketenangan hanya menjadi alat bantu untuk meningkatkan kualitas ibadah.
“Karena apa, nanti ada tempat yang kita akan tenang, tenang yang sesungguhnya, nikmat yang sesungguhnya, kaya yang sesungguhnya. Diturunkan bukan di sini. Ini yang perlu kita pegangi,” tandas Pengasuh pondok Miftahus Sunnah ini.
Dengan uraian yang mendalam dan penuh hikmah, KH Miftachul Akhyar mengajak umat Islam untuk tidak sekadar mencari rasa tenang dalam ibadah, tetapi menjadikannya sebagai pemicu untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Ketenangan bukan akhir perjalanan, melainkan bagian dari jalan menuju ridha-Nya. (ivan)