“Itu bagian daripada mengetahui di mana kemuliaan panjenengan, (yaitu) bukan pada ilmunya saja tetapi pada ahlinya, ulamanya juga,” terang KH Miftachul Akhyar.
Ia menegaskan, seseorang yang mudah mencela ulama dan tidak menghargai perjuangannya merupakan pertanda tidak memperoleh nur atau cahaya dari ilmu.
“Orang ngaji itu harus selalu bergandengan dengan nurun (cahaya). Tetapi kalau Cuma mau pintar saja (tanpa nur), tak usah mengaji. Buka Google itu. (Memang) pintar, tapi gak berkah,” tutur beliau yang akrab di sapa abuya itu.