Menurut Abuya, amalan tersebut bukan sekadar tradisi, melainkan bagian dari riyāḍah untuk memperkuat jiwa.
“Kalau mau ketemu pejabat, aparat, atau siapa pun yang cenderung main tekanan atau main suap, lakukan amalan ini. Biar kita punya haibah, disegani, karena Allah yang menjaga batin kita,” ujar Abuya dalam pengajian hari Jumat itu.
Ia menegaskan bahwa kekuatan seorang mukmin bukan pada simbol atau jabatan, melainkan pada kesiapan batinnya menghadapi tekanan dunia.