Kini, kepemimpinan majelis dilanjutkan oleh KH Ahmad Mamsyad Abdul Muhith, putra KH Abdul Muhith.
“Bukhoren bukan sekadar majelis, tapi ikhtiar menjaga tradisi ilmu, memperkuat kecintaan kepada Rasulullah, dan mempererat ukhuwah umat,” ujarnya.
Dengan sejarah panjang dan dukungan para ulama, Majelis Bukhoren Jejeran terus menjadi pusat syiar Islam di Yogyakarta, melekat erat dengan kehidupan pesantren dan masyarakat. (ivan)