MQK tidak hanya menguji kemampuan membaca teks Arab gundul, tetapi juga menganalisis konteks sosial, historis, hingga filosofis kitab klasik. Cabang baru seperti Risalah Ilmiyah dan Debat Qanun bahkan membuka ruang bagi santri untuk merespons isu kontemporer, mulai dari ekoteologi, perdamaian global, hingga konstitusi modern.
Menurut Sofi, MQK menjadi “laboratorium kaderisasi ulama” yang menjaga kesinambungan tradisi pesantren sekaligus menyiapkan santri menghadapi tantangan zaman.
“Ulama masa depan dituntut tidak hanya menguasai turats, tetapi juga mampu menjawab persoalan global tanpa meninggalkan akar tradisi,” tambahnya.