Sejumlah tokoh pendidikan Islam menilai, kehadiran MQK penting sebagai mekanisme regenerasi ulama. Pesantren di berbagai daerah menjadikan ajang ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga proses seleksi alamiah untuk melahirkan figur-figur dengan otoritas ilmiah dan integritas moral.
“Santri yang terbiasa dengan dialektika MQK akan memiliki bekal adab ilmiah, keluasan tafsir, serta keberanian merumuskan jawaban hukum dan etika yang relevan dengan kondisi masyarakat,” jelas Sofi.
Dengan demikian, MQK dipandang bukan hanya ajang kontestasi, melainkan juga mekanisme strategis untuk memastikan lahirnya ulama otoritatif, moderat, dan relevan bagi peradaban Islam Nusantara. (ivan)