Seperti dicatat Kompas.com, pada suatu hari keluarga Bu Narti menerima banyak sekali daging kurban. Saking banyaknya, ia sampai bingung harus mengolah daging tersebut dengan cara apa. Lalu mucul ide untuk memasak daging dengan bumbu potongan cabai.
Setelah jadi, masakan coba-coba itu dijual di warung makan keluarga Bu Narti. Ternyata, pembeli menyukai rasanya yang penuh sensasi pedas.
Uniknya, yang memberi nama oseng-oseng mercon bukan berasal dari Bu Narti, melainkan pelanggan warungnya. Ada pula yang menyebutnya oseng-oseng bledek alias halilintar.
2. Sate Klathak
Semua tentu tahu sate ada di berbagai penjuru Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing. Begitu juga dengan Jogja. Di sana ada sate khas bernama sate klathak.
Apa yang membedakan sate klathak dengan sate lainnya? Yang paling jelas adalah tusukannya. Jika umumnya sate menggunakan tusukan dari kayu atau bumbu, sate klathak justru menggunakan tusukan logam dari jeruji roda sepeda.
Daerah di Jogja yang menjadi tempat asal sate klathak adalah Kabupaten Bantul. Di sana, warung sate klathak yang paling terkenal adalah Sate Klathak Pak Pong.