SURABAYA, PustakaJC.co – Hangat, lembut, dan mengenyangkan, bubur sudah menjadi salah satu menu sarapan favorit bagi banyak orang Indonesia. Namun tahukah Anda? Makanan sederhana ini ternyata punya perjalanan sejarah panjang yang berakar dari daratan Tiongkok sejak ratusan tahun lalu.
Menurut pakar kuliner William Wongso, bubur diperkenalkan oleh pedagang Tiongkok ke Indonesia sekitar 300 tahun yang lalu. Para pedagang ini membawa serta kebiasaan makan bubur karena bahan bakunya mudah didapat dan proses memasaknya praktis. Hanya dengan sedikit lauk, semangkuk bubur sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi seharian.
Di tangan masyarakat Indonesia, bubur kemudian bertransformasi mengikuti selera lokal. Hasilnya, lahirlah berbagai jenis bubur khas nusantara dari Bubur Ayam Betawi yang gurih hingga Bubur Manado yang sarat sayuran. Tekstur bubur di Indonesia pun menyerupai gaya Hong Kong dan Taiwan, yaitu sangat kental hingga butiran nasinya hampir tak terlihat.
Menariknya, jejak bubur dalam sejarah tercatat sejak masa Kaisar Kuning di Tiongkok pada tahun 238 SM. Kala itu, demi mengatasi musim paceklik, Kaisar mencampurkan sup panas ke nasi, menghasilkan bubur yang mengembang dan mampu mengenyangkan lebih banyak orang. Dari solusi darurat itulah bubur kemudian berkembang menjadi tradisi kuliner yang bertahan hingga kini.
Kini, meski zaman telah berubah, semangkuk bubur tetap jadi pilihan sarapan yang tak hanya mengenyangkan, tetapi juga sarat makna sejarah. (nov)