“Dolanan-dolanan seperti gobak sodor kini pun tak pernah kita jumpai lagi. Sebab, anak-anak kecil di pedesaan atau kota terlebih lagi suka duduk di depan pesawat TV, meski malam bulan purnama sekalipun.” paparnya.
Namun kini, dakon telah menyusup ke dalam gedung bertingkat, rumah kaum elite, namun bukan sebagai alat permainan saja, tetapi telah berubah pula fungsinya, menjadi semacam dekorasi yang mahal harganya, serta artistik bentuknya.
“Harga itupun konon kata si penjual, untuk konsumsi kaum elite, dan bentuknya pun khusus pula dengan tarifnya,” jelas Bambang.
Di pasar, ataupun dalam perayaan sekaten, terdapat juga para pedagang dakon khusus masyarakat kecil. Sebab hanya terbuat dari kayu yang murah dan relatif pula kekuatannya, sehingga harganya pun harga rakyat. (int)