Arumi Bachsin: Dari Jarum dan Kain, Tumbuhlah Cinta untuk Wastra Negeri

gaya hidup | 11 November 2025 17:30

Arumi Bachsin: Dari Jarum dan Kain, Tumbuhlah Cinta untuk Wastra Negeri
Dok biro adpim jatim

SURABAYA, PustakaJC.co — Di tengah riuh langkah muda yang penuh semangat, Aula UPT Pengembangan Teknis dan Keterampilan Kejuruan di kawasan Ketintang, Surabaya, berubah menjadi taman inspirasi. Di sanalah, ratusan siswi SMK jurusan tata busana se-Jawa Timur menautkan mimpi dan cita, belajar menjahit masa depan dari sehelai kain batik yang sarat makna.

 

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin Emil Dardak, hadir dengan senyum lembut dan pandangan penuh keyakinan. Dalam kata sambutannya, ia tak sekadar menyampaikan apresiasi, tetapi menanamkan semangat—bahwa dari benang dan jarum, bisa lahir peradaban kreatif yang memuliakan budaya.

 

“Alhamdulillah, antusiasme peserta luar biasa. Ini komitmen Dekranasda mendukung skill adik-adik siswi SMK untuk meneruskan dan memajukan industri fashion di Jawa Timur dan Indonesia,” tutur Arumi dengan mata berbinar.

Pelatihan desain fashion yang digelar pada 10–12 November 2025 ini bukan sekadar ajang menimba ilmu, melainkan juga wadah upgrading skill dan pengasahan intuisi kreatif. Arumi menegaskan, pelatihan ini menjadi bagian dari pembinaan Dekranasda Jatim dalam memperkaya kreativitas sekaligus meningkatkan kompetensi siswi SMK, khususnya dalam desain busana berbasis batik khas daerah.

 

Ketika Kain Jadi Bahasa, dan Desain Jadi Doa

 

Pelatihan kali ini terasa istimewa. Dekranasda menghadirkan para expert yang sudah mengharumkan nama Indonesia di dunia mode internasional. Di antaranya Diana M. Putri, desainer asal Surabaya yang karyanya pernah dikenakan oleh Blackpink, Lady Gaga, hingga Ariana Grande. Hadir pula Agus Sunandar, dosen seni tata busana Universitas Negeri Malang, dan Olivia Gondoputranto, Digital Fashion Technology Specialist dari Universitas Ciputra.

 

“Adik-adik sangat beruntung, karena belajar langsung dari ahlinya,” ujar Arumi dengan bangga.

 

Bagi Arumi, pelatihan ini bukan hanya soal teknik menggambar pola atau menjahit potongan kain, tetapi juga tentang memahami filosofi di balik wastra Nusantara. Batik, songket, dan tenun bukan sekadar motif, melainkan kisah panjang kebudayaan yang menuntut kepekaan dan cinta.

“Jika berbicara tentang batik, maka ini bukan hanya desain, melainkan bagian dari pelestarian warisan budaya. Di sanalah tugas Dekranasda—menjaga, menghidupkan, dan menurunkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda,” ujarnya lembut.

 

Menjahit Identitas, Menenun Masa Depan

 

Arumi tak lupa menegaskan pentingnya identitas dalam berkarya. Di tengah derasnya arus tren global, para desainer muda Indonesia perlu memiliki karakter yang kuat.

 

“Desainer di Indonesia banyak, tapi yang membedakan adalah identitasnya. Adik-adik harus punya ciri khas, karena itulah ruh sejati dari sebuah karya,” pesan Arumi.

 

Baginya, menjadi desainer bukan hanya tentang mengejar keindahan, tetapi juga tentang menyampaikan pesan: cinta pada budaya, hormat pada tradisi, dan keberanian untuk berinovasi.

 

Maka pelatihan ini menjadi ladang subur bagi para siswi untuk menanamkan nilai-nilai itu—dengan benang, kain, dan hati.

 

Langkah Kecil Menuju Panggung Dunia

 

Di akhir acara, Arumi mengajak para peserta untuk tak berhenti di sini. Dunia fashion, katanya, adalah ruang luas yang terus berkembang, dan di dalamnya tersimpan banyak peluang untuk tumbuh.

 

“Kerahkan semua usaha kalian. Mari terus belajar, bertumbuh, menggali potensi, dan membuka peluang baru di bidang industri fashion,” tuturnya penuh semangat.

 

Pelatihan yang diwarnai tawa, antusiasme, dan kilau kain batik itu pun menjadi saksi—bahwa di tangan generasi muda Jawa Timur, industri fashion bukan sekadar tentang gaya, tetapi tentang melanjutkan estafet peradaban.

 

Dari Surabaya, semangat itu dijahit rapi, untuk kemudian menjelma menjadi karya yang akan menari di panggung dunia.(int)