"Masing-masing pulau ini sebenarnya bisa memutuskan untuk menjadi _standalone island_, tapi ternyata kita bersatu sebagai Indonesia terlepas dari berbagai ras, budaya, bahasa ataupun agama. Maka Sumpah Pemuda tahun 1928 menjadi milestone yang luar biasa," tuturnya.
Hanya saja, Emil menilai bahwa sekarang ini semangat untuk bersatu dalam kebhinekaan cenderung pudar. Apalagi mengingat Indonesia tak lagi berada dalam cengkraman para penjajah secara fisik.
"Nah, hari ini banyak yang guyon kalau penjajah masih jauh sehingga kita lupa terhadap semangat yang menyatukan kita dulu. Bahwa sebenarnya kebersamaan itulah yang membuat negara ini hadir dan eksis," imbuhnya.
Selain itu, Emil mengatakan bahwa perkembangan teknologi dan sosial media juga membawa tantangan tersendiri. Sebab, terlepas dari mudahnya akses informasi, banyaknya berita bohong dan menyesatkan juga berdampak pada kerukunan dan ketenangan bermasyarakat.