Rukyatul Hilal Awal Syawal 2025, ''Bukan Sekadar Melihat, Tapi Soal Pembuktian Ilmiah''

pemerintahan | 28 Maret 2025 05:26

Rukyatul Hilal Awal Syawal 2025, ''Bukan Sekadar Melihat, Tapi Soal Pembuktian Ilmiah''
Rakor zoom persiapan rukyatul hilal awal Syawal 1446 H. (dok kemenag.go.id)

YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan bahwa proses rukyatul hilal bukan hanya aktivitas seremonial, melainkan bentuk pembuktian ilmiah atas akurasi perhitungan hisab. Rukyatul hilal awal Syawal 1446 H/2025 M akan dilaksanakan serentak di berbagai titik pengamatan di seluruh Indonesia pada 29 Maret 2025.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) Kemenag menggelar rapat koordinasi daring dalam rangka persiapan rukyatul hilal awal Syawal 1446 H/2025 M. Rapat ini diikuti oleh Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag di seluruh Indonesia, dengan menghadirkan Dirjen Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad, Direktur Urais Arsyad Hidayat, dan Kasubdit Hisab Rukyat Ismail Fahmi. Dilansir dari kemenag.go.id Jumat, (28/3/2025).

Dalam konferensi pers, Dirjen Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad menegaskan bahwa rukyatul hilal bukan sekadar melihat hilal secara langsung. Lebih dari itu, ini adalah wujud nyata pembuktian ilmiah yang mengonfirmasi akurasi perhitungan hisab.

"Ini bukan cuma soal melihat hilal, ini soal pembuktian. Kita ingin memastikan hitungan hisab yang akurat hingga ke detik benar-benar sesuai dengan kenyataan di lapangan. Di sini letak keindahannya, karena pergerakan benda langit itu dinamis," ujar Abu Rokhmad pada Kamis (27/3/2025).

Meskipun hasil hisab menunjukkan hilal masih di bawah ufuk, Kemenag tetap akan melaksanakan rukyat. Abu Rokhmad menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari kecintaan terhadap ilmu astronomi dan bentuk pengamalan sunnah Rasulullah SAW.

"Ada yang bertanya, kenapa harus repot-repot kalau sudah jelas hasilnya? Justru di sini letak tantangannya. Ini bukan soal hasil semata, tapi soal proses, soal pembuktian ilmiah, dan soal syiar Islam," tambahnya.

Salah satu titik utama rukyatul hilal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan berlangsung di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu, Parangtritis. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Kanwil Kemenag DIY, Kankemenag Kabupaten/Kota, organisasi masyarakat Islam, ahli falak, akademisi, hingga pondok pesantren.

Proses rukyat di POB Syekh Bela Belu menunjukkan kolaborasi lintas sektor yang mempertemukan aspek ilmu pengetahuan modern dan keyakinan agama. Dengan semangat astronomi dan syiar Islam, Kemenag berharap rukyatul hilal tidak hanya menghasilkan data akurat tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk mencintai ilmu pengetahuan.

Akihiro Otsuka, peneliti dari Institut Penelitian Chuo Onsen, menilai bahwa pendekatan ilmiah yang dilakukan Kemenag mencerminkan upaya sinergis antara tradisi dan teknologi modern dalam menentukan awal bulan Hijriyah.

 "Rukyatul hilal bukan hanya soal tradisi, ini adalah pertemuan antara ilmu falak klasik dan metode ilmiah modern," ujarnya.

Dengan semangat ilmiah dan keagamaan, Kemenag menegaskan komitmennya menjaga akurasi dalam penentuan awal Syawal. Rukyatul hilal menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan dan syiar Islam dapat berjalan beriringan, mengedepankan transparansi dan kebenaran ilmiah. (ivan)