“Di semester kedua lebih cenderung bencananya adalah kekeringan di mana kita butuh looping air bersih dan potensi kebakaran hutan dan lahan yang menjadi perhatian kita,” terangnya.

Dia mengatakan, pada tahun 2024, Jatim mengalami 393 kejadian bencana. Jumlah ini meningkat beberapa tahun terakhir. Sebab pada 2020 hanya 273 kejadian, 2021 ada 310 kejadian, dan 2022 mencapai 244 kejadian.
Meski begitu, lonjakan jumlah bencana yang terjadi di Jatim pada 2024 kata Gatot juga sangat dipengaruhi perubahan definisi soal bencana yang bisa ditangani oleh pemerintah.
“Dulu kejadian bencana yang bisa ditangani oleh pemerintah apabila ada korban lima orang. Ada perubahan baru di mana satu orang meninggal itu sudah dikategorikan bencana dan harus ditangani oleh pemerintah, sehingga inilah yang membuat volume bencana meningkat,” katanya.
Sebelumnya, suatu kejadian dapat dikatakan bencana jika wilayahnya mencapai lima hektare (ha). Namun, pemerintah mengubahnya menjadi hanya satu hektare.