
Jumlah ini masih akan bertambah seiring dukungan dari pemerintah kabupaten/kota dan ketersediaan gedung atau lahan yang dapat direhabilitasi. Semua pembangunan dilakukan dengan pendekatan realistis, seperti menggunakan bekas gedung pemkab yang tidak terpakai, dan melalui skema pinjam pakai atau hibah.
Yusmanu menegaskan, tidak ada persaingan antara SR dengan pesantren atau sekolah umum lainnya, karena misi utama SR adalah membangun karakter dan memberdayakan anak-anak kurang mampu.
“Bahkan ada yang menolak karena sudah terlanjur jadi kernet. Padahal ini visi besar Presiden agar anak-anak miskin jangan sampai tertinggal. Negara hadir untuk memutus rantai kemiskinan,” ungkap Yusmanu dengan mata berkaca-kaca.
Ia juga menuturkan pengalaman menyentuh saat melihat sendiri kondisi siswa di SR, yang berasal dari latar belakang yatim piatu atau anak panti.
“Saya sempat menangis saat melihat mereka tidur dengan kasur dan lemari yang bersih dan baru. Mereka berhak mendapat masa depan yang lebih baik,” katanya haru.