BANTEN, PustakaJC.co -Mengusung semangat Kurikulum Cinta yang digagas oleh Menteri Agama RI, Prof. Nazaruddin Umar, program Jurnal Ramadan kini menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Di lebih dari 70% sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia, jurnal ini tak hanya merekam aktivitas ibadah, tetapi juga membangun karakter disiplin dan kejujuran pada siswa.
Selama bulan suci Ramadan, siswa diwajibkan mencatat seluruh aktivitas ibadah mereka, mulai dari salat wajib dan tadarus Al-Qur’an hingga partisipasi dalam kajian keislaman. Proses pengisian jurnal ini dilakukan secara manual maupun online, dengan setiap catatan harus disertai tanda tangan dari orang tua atau petugas keagamaan sebagai bukti keikutsertaan. Dilansir dari kemenag.go.id Jumat, (28/3/2025).
Data terbaru dari Kementerian Agama mengungkapkan bahwa lebih dari 70% institusi pendidikan di Indonesia telah mengimplementasikan program Jurnal Ramadan sebagai bagian dari evaluasi intrakurikuler selama Ramadan 1446 H. Program ini bertujuan tidak hanya untuk memantau keaktifan ibadah siswa, tetapi juga untuk mendorong mereka memahami makna mendalam di balik setiap aktivitas keagamaan.
Seorang guru agama dari Jakarta, Ustaz Ahmad Fauzi, menyatakan,
"Program Jurnal Ramadan mengajarkan siswa untuk disiplin dan bertanggung jawab. Dengan adanya pengawasan yang ketat, siswa belajar untuk tidak hanya mencatat, tetapi juga menghayati setiap ibadah yang mereka lakukan."
Dr. Siti Rahmah, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Surabaya, menambahkan,
"Jurnal ini merupakan inovasi pembelajaran yang menyeluruh. Dengan pendekatan ini, siswa didorong untuk aktif berdiskusi mengenai esensi ibadah, sehingga mereka dapat merasakan manfaat secara utuh dalam kehidupan sehari-hari."
Melalui pendekatan yang holistik ini, diharapkan pembelajaran agama dapat berjalan secara lebih mendalam, menumbuhkan rasa cinta dan komitmen terhadap nilai-nilai keagamaan di kalangan generasi muda.
Program Jurnal Ramadan menawarkan sebuah terobosan dalam pendidikan keagamaan, yang tidak hanya menilai kegiatan ibadah siswa, tetapi juga menginspirasi mereka untuk menginternalisasi nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab. Dengan dukungan dari guru, orang tua, dan pihak keagamaan, inovasi ini diyakini dapat membentuk karakter generasi penerus yang lebih matang dan bermakna dalam mengamalkan ajaran agama. (ivan)