ChatGPT di Tugas Sekolah: Peluang Berpikir Kritis atau Kreativitas Pupus?

pendidikan | 21 Juni 2025 05:52

ChatGPT di Tugas Sekolah: Peluang Berpikir Kritis atau Kreativitas Pupus?
Dok literasi kini

SURABAYA, PustakaJC.co - Beberapa tahun terakhir, penggunaan kecerdasan buatan (AI) di dalam dunia pendidikan telah menjadi topik hangat yang ramai dibicarakan dan penuh perdebatan. Salah satu aplikasi yang sering dibicarakan adalah ChatGPT, yang merupakan sebuah teknologi yang mampu membantu siswa menyelesaikan tugas sekolah secara cepat dan efisien.

Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar yang perlu dijawab: apakah kehadiran teknologi ini justru menghambat kreativitas siswa atau bahkan membuka peluang baru dalam mengasah kemampuan berpikir kritis mereka? Diskusi ini sangat penting, terutama karena semakin meluasnya penggunaan AI di dunia pendidikan.

Banyak sekali dari berbagai pihak yang merasa khawatir bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT dapat memicu praktik plagiarisme dan mengurangi kemampuan analisis siswa secara mendalam. Sebagaimana juga dilaporkan oleh Kompas pada tahun 2023, ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat berisiko membuat siswa kehilangan kreativitas dan daya kritis, sehingga dalam pemahaman mereka terhadap materi pelajaran menjadi dangkal dan tidak menyeluruh.

Hal inilah yang tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para guru dan juga orang tua, karena pada dasarnya tujuan utama dalam pendidikan adalah membentuk individu yang mampu berpikir mandiri, kritis, dan kreatif dalam menghadapi berbagai tantangan sekarang maupun yang akan datang.

Di sisi lain, AI juga memiliki potensi besar sebagai alat untuk pembelajaran yang efektif dan juga inovatif. Menurut Detik Edukasi pada tahun 2023, ChatGPT dapat membantu para siswa untuk lebih bisa memahami konsep-konsep yang sulit, merumuskan ide-ide baru, dan tentunya mendorong eksplorasi yang lebih dalam terhadap materi pelajaran.

Dengan bantuan AI ini, tentunya siswa dapat memperoleh referensi yang lebih luas, menemukan sudut pandang yang berbeda, dan belajar untuk mengembangkan argumen yang lebih kuat. Selain itu, AI juga dapat membantu mereka dalam mengasah kemampuan menulis, menyusun struktur tulisan, serta memperkaya kosa kata dan gaya Bahasa.

Kunci utama dalam pemanfaatan AI ini terletak pada pendampingan yang harus dilakukan secara tepat oleh para pendidik. Guru perlu memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan sebagai alat bantu yang bisa mendukung, bukan hanya sebagai pengganti pemikiran mandiri siswa saja.

Guru dapat memberikan arahan dan juga batasan yang jelas mengenai penggunaan AI, misalnya dengan meminta siswa untuk tetap menuliskan analisis dan refleksi pribadi setelah menggunakan ChatGPT sebagai referensi yang digunakan. Dengan demikian, siswa tetap terdorong untuk lebih berpikir kritis dan kreatif, serta memanfaatkan teknologi secara bijak.

Selain itu, penting juga untuk menanamkan nilai-nilai etika dan tanggung jawab dalam penggunaan AI. Sebaiknya, dalam pola pikir siswa ditanamkan bahwa plagiarisme merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan, dan mereka tetap harus menghargai orisinalitas karya sendiri. Guru dapat memberikan edukasi mengenai cara memanfaatkan AI secara etis, seperti halnya mengutip sumber dengan benar dan tidak menyalin secara mentah hasil dari ChatGPT.

Pada akhirnya, AI hanyalah sebuah alat yang dampaknya sangat bergantung pada penggunaannya. Integrasi teknologi ini dalam dunia pendidikan haruslah dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab, dengan menekankan aspek etika dan tanggung jawab bagi para penggunanya.

Para pendidik memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya mendorong kreativitas siswa, tetapi juga dalam memanfaatkan AI secara optimal untuk memperkaya proses pembelajaran.

Melalui pendekatan yang seimbang dan tepat, AI seperti ChatGPT bukanlah ancaman bagi dunia pendidikan, melainkan mitra yang dapat memperkaya proses belajar dan dalam mengasah kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan. (int)