Menurut Ikhwan, tantangan terbesar dalam kompetisi ini bukan hanya membaca, tetapi juga menulis dan berbicara menggunakan bahasa Arab akademik.
“Tidak semua siswa terbiasa dengan struktur bahasa Arab yang sesuai kaidah. Apalagi memahami dialek atau lahja yang digunakan dalam buku. Kami membimbing intensif setiap pagi dan malam,” tambahnya.
Farisi adalah satu-satunya wakil dari MA Mambaus Sholihin yang tembus ke grand final. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa santri dari pesantren mampu bersaing di level internasional.
“Ini bukan hanya kemenangan pribadi, tapi kebanggaan bagi Gresik dan pesantren,” ujar Ikhwan.