Selain teknologi, tim juga melatih petani dalam manajemen usaha, pembukuan sederhana, hingga strategi distribusi. Tujuannya agar pakan fermentasi tidak hanya dimanfaatkan sendiri, tetapi juga bisa dijual ke peternak lain.
Ketua Poktan Sido Makmur I, Suparlan, mengaku terbantu.
“Selama ini tongkol jagung hanya dibakar dan jerami banyak terbuang. Dengan mesin dari UM, kami bisa memanfaatkannya untuk pakan sekaligus menambah pemasukan,” ujarnya.
Program ini mendukung agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 9, 12, dan 17, serta mendapat pendanaan dari DPPM Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Limbah yang semula menjadi masalah kini berubah menjadi peluang berkelanjutan bagi petani Tulungagung. (ivan)