Di antara pemuda-pemuda itu, ada yang nekat membuat garis putih di Masjid Gede Kauman tanpa sepengetahuan marbot masjid. Mereka membuat tiga garis lurus dari arah utara ke selatan membentuk sudut 23 derajat, agar salatnya tepat menghadap Ka'bah.
Puncak rintangan dakwah Kiai Dahlan terjadi pada tanggal 15 Ramadan tahun 1899. Kurang lebih pukul 8 malam, sejumlah massa dari Kawedanan Pengulon yang dipimpin seorang tinggi besar mendatangi Langgar Kidul.
Orang-orang tersebut membawa alat-alat seperti cangkul, linggis, kapak, sabit, dan lain-lain. Mereka siap menghancurkan surau yang sedang digunakan untu salat terawih. Mereka berteriak-teriak kepada jemaah yang ada di dalam surau.
“Ayo, cepat bubar! Surau ini dirobohkan…Akan dihancurkan!”
Setelah jemaah bubar, massa langsung menghantam apa saja yang ada dihadapannya dengan alat yang ada di tangannya. Genting jatuh berserakan, daun pintu lepas, dinding kayu jebol, dan seterusnya.