Saat itulah, ia mulai tertarik dengan pemikiran-pemikiran beberapa tokoh diantaranya pemikiran pembaharu Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah, dan Rasyid Ridha atau ulama-ulama pemuka di Mekkah.
Dalam hal ini, Farid Setiawan mengungkapkan dalam bukunya Kebijakan pendidikan Muhammadiyah, 1911-1942, predikat pembaru di kalangan Islam Jawa tidaklah berlebihan disandangnya, sebab dalam kitab at-Tauhid karangan Muhammad Abduh yang diterjemahkan Ahmad Hani disebutkan bahwa KH Ahmad Dahlan merupakan seorang mujadid Islam abad ke-20 untuk tanah Jawa.
Argumen ini diperkuat Haedar Nashir bahwa prinsip-prinsip gerakan yang ditampilkan Kiai Dahlan memang telah mencerminkan dirinya sebagai seorang mujadid yang menonjol di negeri ini.