SURABAYA, PustakaJC.co - Suwarno atau Cakil bukanlah nama yang asing bagi para calon legislatif (Caleg) daerah maupun nasional. Bahkan, nama Cakil ini sangat akrab bagi para pejabat daerah. Dia adalah seorang pengusaha jasa pemasangan atribut kampanye dan event organizer (EO) yang telah berkecimpung di industri ini sejak tahun 1999.
Setelah reformasi, ia memulai usahanya dengan menawarkan jasa pemasangan atribut iklan secara mandiri. Klien pertamanya berasal dari seorang anggota TNI yang bekerja di bidang periklanan. Ia diberi kepercayaan untuk menangani pemasangan umbul-umbul dan backdrop di sebuah lapangan golf. Proyek tersebut menjadi awal mula perjalanan bisnisnya.
"Seiring waktu, bisnis saya membaik dan mulai menerima proyek pemasangan banner di berbagai lokasi strategis, sebutlah HR Muhammad hingga Citraland sana, " katanya sambil tertawa dan menyalakan rokok.
Pada tahun 2000, ia bergabung dengan perusahaan advertising sebagai tenaga pemasangan. Niat awalnya adalah untuk mencari pengalaman dan memperluas pengetahuan tentang industri periklanan serta pemasangan media promosi. Di perusahaan tersebut, ia menangani berbagai jenis reklame, seperti billboard dan spanduk dalam skala besar. Selama satu setengah tahun bekerja di sana, ia menyerap banyak ilmu dan memahami sistem kerja di bidang tersebut.
Namun, sistem kerja di perusahaan itu tidak memberikan kepastian penghasilan. Ia hanya menerima bayaran sekitar Rp35 ribu per hari, dan jumlah pemasangan tidak menentu setiap harinya. Merasa memiliki keterampilan dan keyakinan lebih, ia memutuskan keluar dan kembali mandiri.
"Tekad saya mengembangkan usaha saya sendiri dengan pengalaman yang ada. Saya luaskan klien melalui relasi yang pernah terjalin sebelumnya," katanya.
Dunia politik menjadi bagian penting dari perjalanannya. Klien politik pertamanya berasal dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Sejak saat itu, ia mulai mengelola pemasangan atribut kampanye untuk berbagai partai, termasuk Partai Demokrat.
Pada pemilu 2014, ia mendapat kepercayaan untuk memasang 40 ribu bendera sebagai dukungan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah ketika ia memasang seribu banner untuk SBY di Gelora 10 November.
“Malam itu saya pasang di Gelora Sepuluh November sebanyak 40 ribu pagi saya cek itu sudah hilang semuanya” ujar pria berusia 64 itu dengan nada penasaran.
Seiring waktu, hubungan dengan tokoh politik semakin menguat. Banyak pejabat dan anggota DPR RI mengenalnya secara pribadi. Tokoh seperti Adus Kadir, Sigit dari DPR RI, serta Mustofa, Ketua DPRD Jawa Timur, bahkan pernah datang langsung ke rumahnya untuk menyampaikan terima kasih atas jasanya.
Tak sedikit mantan anak buahnya yang kini mendirikan usaha sendiri. Meski hanya bekerja secara freelance, mereka banyak belajar dari pengalamannya. Ia merasa bangga karena bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka.
Namun tidak semua perjalanan bisnis berjalan mulus. Ia kerap menghadapi klien yang menunda atau tidak membayar jasa. Beberapa hanya membayar sebagian kecil dari nilai proyek, dan jika jumlahnya besar, ia tak segan mengejar hingga tuntas. Tantangan lainnya datang dari lapangan, di mana ia harus menghadapi pungutan liar dari oknum atau preman di berbagai titik lokasi pemasangan.
"Biasanya kami beri ya, sewajarnya untuk menghindari konflik. Tapi, kalau banyak tuntutan ya kami komunikasikan sama yang pakai jasa pasang kami," ceritanya sambil mengepulkan asap rokok yang sedari tadi dihisapnya.
Baginya, pekerjaan ini adalah sumber penghidupan dan ladang rezeki. Momen pemilu seperti pilpres dan pilkada adalah saat-saat tersibuknya. Sehari-hari, ia menjadi vendor utama yang dipercaya EO besar, termasuk Gloria Muda Mandiri dan lainnya, untuk mengerjakan proyek-proyek besar yang kemudian dilempar ke timnya.
Meski sempat ditawari untuk masuk politik oleh PKB dan PKS, ia menolak karena alasan finansial dan kurangnya ketertarikan terhadap dunia politik praktis. Ia lebih memilih fokus menjalankan usahanya secara profesional.
Dalam berwirausaha, ia selalu menekankan pentingnya menjaga kualitas, tanggung jawab, dan kejujuran. Menurutnya, keberhasilan usaha bukan hanya soal uang, tetapi juga soal integritas.
“Kalau gak jujur usaha itu sebentar, hidup juga sebentar’’ tutup pria yang hobi mancing itu. (Ivan)