Kemudian dibentuklah sebuah sanggar seni yang bernama Panggugah Rasa. Selain berpentas di daerah dan sekitarnya, Bi Raspi juga pernah dipanggil untuk berpentas hingga ke Taman Mini Indonesia Indah.
Saat ini, hanya Bi Raspi yang begitu serius menekuni dunia itu. Dia pun sudah tidak muda lagi, karena telah berumur di atas 50 tahun. Dalam dirinya terbersit keinginan untuk mewariskan keahliannya.
Tetapi dia kesulitan menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktunya menjadi ronggeng. Melihat kenyataan tersebut, Bi Raspi merasa sedih dan khawatir.
Ironis memang, eksistensi seni tradisi warisan leluhur yang kaya akan nilai-nilai kehidupan itu berada dalam kondisi kritis karena hambatan regenerasi.
Jika Bi Raspi meninggal, barangkali Ronggeng Gunung tinggal kenangan saja, karena generasi penerusnya belum muncul. (int)