Setelah Majapahit runtuh, Bendungan Baureno menjadi terbengkalai. Konstruksinya yang hanya bata merah, lambat laun rusak akibat tergerus derasnya Sungai Landean. Karena itulah di masa kolonialisme Belanda kemudian memugar bendungan itu.
Pemerintah kolonial berkepentingan untuk membangun industri gula di Jawa Timur. Karena itu pemerintah kolonial memerintahkan NV Eschauzier Concern, perusahaan asal Den Haag Belanda melakukan revitalisasi.
Perusahaan milik Gerard Joachimus (GJ) Eschauzier kemudian yang mengoperasikan Suiker Fabriek (PG) Dinoyo di Kecamatan Jatirejo kala itu. Setelah revitalisasi selesai, Belanda tetap mempertahankan arca Dewa Kala pada dinding baratnya.
“Jelas itu sebagai penghormatan bagi mereka yang dianggap suci yang dimuliakan oleh masyarakat sekitar. Pembangunan dam itu pastinya masyarakat diibaratkan, mereka juga akan diajak bicara. Mungkin salah satu usulan masyarakat pembuatan kepala Kala itu sebagai lanjutan tradisi yang lama,” cetusnya. (int)