YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Keraton Jogja terus berupaya merevitalisasi Beteng Keraton Jogja. Diawali dari kawasan Plengkung Wijilan, saat ini revitalisasi telah mencapai sisi barat Plengkung Gading.
Kepala Kundha Kabudayan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menuturkan revitalisasi adalah wujud pelestarian nilai-nilai sejarah. Selain itu juga sebagai simbol identitas dan karakter Jogja, penguat Sumbu Filosofi.
"Pembebasan sudah bertahun-tahun, sudah lama bareng Wijilan iya sama. Ini tahapan pembersihan," jelasnya.
Revitalisasi, lanjutnya, juga sebagai salah satu upaya menyelamatkan eksistensi Beteng. Ini karena sisi luar dan dalam telah berdiri bangunan modern. Bahkan mayoritas menempel langsung pada dinding Beteng.
Berdasarkan pantauan detikJogja, revitalisasi turut menata sisi luar Beteng. Khususnya untuk permukiman warga yang berada di timur Pojok Beteng Lor Wetan.
"Posisi Beteng sekarang sedang terancam kerusakan dan itu ada penelitian karena ada intervensi bangunan," katanya.
Tercatat ada tiga komponen penting dari Beteng. Di antaranya bastion, plengkung, dan jagang. Dari hasil kajian, kondisi awal jagang berjarak 3 hingga 6 meter.
Kondisi terkini, lokasi jagang menjadi permukiman warga. Tepatnya yang berada di sepanjang Jalan Brigjen Katamso. Termasuk yang berada di sisi selatan dan barat Beteng.
"Kan sebenarnya beruntun dibersihkan dibangun. Ini yang bangunan hasil pembebasan tahun lalu," ujarnya.
Sesuai konsepnya, revitalisasi akan mengembalikan wujud asli bangunan Beteng. Fokus utama adalah pembersihan bangunan warga yang menempel di Beteng sisi dalam. Untuk saat ini telah berlangsung di kawasan Patehan, Kraton.
"Intinya akan dikembalikan ke keutuhannya. Perkembangan waktu dulu itu rumah kecil karena perkembangan keluarga lalu membesarkan dan menempel Beteng. Dulunya gedek sekarang jadi beton," imbuhnya. (int)