SURABAYA, PustakaJC.co - Jembatan Suramadu menghubungkan Kota Surabaya dengan Pulau Madura di Kamal, Bangkalan, dengan panjang 5.438 meter, menjadikannya jembatan terpanjang di Indonesia. Nama "Suramadu" berasal dari penggabungan nama kedua daerah yang dihubungkannya: Surabaya (Sura) dan Madura (Madu).
Sebelum ada jembatan ini, masyarakat menyeberang antar pulau menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh 30 menit. Kini, dengan jembatan ini, waktu perjalanan hanya memakan 10 menit, meningkatkan mobilitas antar daerah.
Jembatan Suramadu bukan hanya penghubung dua pulau, tetapi juga menjadi landmark kebanggaan warga Surabaya dan Madura, terutama dengan lampu hias yang mempercantik penampilannya di malam hari.
Namun, sejarah pembangunan jembatan ini tidak mudah. Ide pembangunan pertama kali dicetuskan pada tahun 1960-an oleh Prof. Dr. Sedyatmo, seorang insinyur sipil yang juga dikenal dengan penemuan sistem Cakar Ayam.
Pada awalnya, Presiden Soeharto menyetujui proyek tersebut, namun pembangunannya terhenti setelah Sedyatmo meninggal dunia pada tahun 1984. Proyek sempat terhenti selama bertahun-tahun, terutama karena krisis moneter 1997-1998.
Dilansir dari inilah.com, Pada tahun 2000, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta agar proyek ini dilanjutkan, dan pada Agustus 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri memutuskan untuk melanjutkannya. Pembangunan berlangsung selama enam tahun, menghabiskan biaya lebih dari Rp4,5 triliun.
Jembatan Suramadu akhirnya diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keberadaan jembatan ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Pulau Madura yang sebelumnya lebih tertinggal.
Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian utama: jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge). Dengan empat lajur, jembatan ini dirancang untuk kendaraan dengan berat hingga 10 ton.
Prof. Sedyatmo, yang mengusulkan ide jembatan ini, adalah seorang insinyur sipil yang sangat dihormati di Indonesia. Namanya kini diabadikan sebagai jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta, dan ia dianugerahi Bintang Mahaputra Kelas I atas kontribusinya di dunia teknik. (nov)