“Rumah sakit ini terbilang sangat mewah kala itu,” katanya.
Ketika Jepang hadir di Hindia Belanda, RS Mardi Santoso sempat disegel. Tetapi setelah masa kemerdekaan, rumah sakit megah itu berfungsi kembali untuk merawat korban perang.
Pada tahun 1995, bangunan ini berpindah kepemilikan dari Perkumpulan Mardi Santoso ke Gereja Protestan,dan kemudian ke Yayasan Kesehatan GPIB, menjadi Rumah Sakit Griya Husada. Tetapi akibat sengketa, rumah sakit ini dalam kondisi terbengkalai.
Pada tahun 2000-an, rumah sakit ini sempat dijadikan restoran. Restoran tersebut Bernama Hallo Surabaya.
Cukup megah dan terkenal kala itu. Tapi itu juga tidak berlangsung lama. “Konon ceritanya gedung ini dijual tapi belum ada yang beli. Kalau nggak salah pemilik gedung ini sama dengan pemilik Gedung International, saudagar kaya dari Tionghoa,” pungkasnya. (int)