Perusahaan besar ketiga adalah Djarum, yang mengambil namanya dari kata “gramofon.” Bermula dari usaha rokok nyaris bangkrut yang dibeli oleh Oei Wie Gwan pada 1951 di Kudus, Djarum bertransformasi menjadi raksasa industri. Produk-produk seperti Djarum Super menjadi identitas kuat perusahaan ini. Di bawah kepemimpinan dua bersaudara, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, Djarum tumbuh sebagai konglomerat tembakau yang juga melebarkan sayap ke berbagai sektor bisnis.
Ketiga perusahaan ini tidak hanya dikenal karena skala bisnisnya yang besar, tetapi juga perannya dalam menyerap hasil pertanian nasional seperti tembakau dan cengkeh, serta menciptakan jutaan lapangan kerja dari hulu ke hilir.
Industri rokok di Indonesia mungkin penuh dengan kontroversi, namun tak bisa dipungkiri bahwa Sampoerna, Gudang Garam, dan Djarum telah menjadi pilar kuat dalam perekonomian dan sejarah industri kretek nasional. (nov)