Penulisan Al Quran raksasa membutuhkan tinta sekitar 20 liter. Proses penulisannya pun tak sembarangan. Penulisnya harus dalam keadaan sudah berwudhu, bahkan sambil berpuasa dan tentunya harus ekstra hati-hati agar lembaran kertas tak rusak.
“Jadi butuh dua orang untuk membuka lembaran ke lembaran Qur’an, karena memang pesan dari bapak wali kota dan juga pesan dari penerbit atau penulis dari Al-Qur’an itu sendiri supaya membukanya hati-hati," ujar Ketua BAZNAS Probolinggo Hakimuddin, seperti dilansir laman Pemkot Probolinggo.
Ada pula makna mendalam dari Al Quran raksasa itu. Makna itu, menurut Hakimuddin adalah ajakan kepada masyarakat untuk senantiasa membaca Al Quran.
“Menjadi contoh bahwa di Bulan Ramadan ini kita perbanyak dalam bertilawah Qur’an. Seakan-akan Qur’an yang besar saja bisa kita baca, apalagi Qur’an kecil yang ada di rumah-rumah kita. Bahwa Al-Qur’an Akbar ini pertama kalinya kita baca di Kota Probolinggo dengan harapan dari bapak wali kota supaya ada koreksi baik dalam bentuk huruf ataupun harakaatnya,” pungkas Hakimuddin. (int)