Menurut Gus Basyir yang di wawancarai via telefone konsep THR merupakan pengembangan dari zakat fitrah, yang bersifat menentukan arah dalam kehidupan sosial. "Zakat fitrah itu pada hakikatnya bukan soal beras atau makanan, tetapi nilai tukarnya. Pada zaman Rasulullah, ukuran harga di pasar ditentukan dengan kurma, gandum, kismis, dan keju karena itu yang paling umum digunakan dalam perdagangan. Seiring waktu, konsep ini bisa dikembangkan dengan uang sebagai alat tukar yang lebih relevan saat ini,"
Terakhir, beliau menegaskan pentingnya berpikir strategis dalam mengelola rezeki.
"Seorang mukmin harus memiliki visi yang jelas dalam hidup. Jangan hanya berpikir jangka pendek, tetapi gunakan rezeki dengan cara yang membuat kita lebih kuat dan berdaya. THR, zakat fitrah, dan sedekah harus menjadi bagian dari strategi besar dalam membangun kesejahteraan umat," tutup Pria yang pernah kuliah di Temple University, Philadelphia PA, USA.
Dengan pemahaman ini, THR bukan sekadar tradisi, tetapi juga bentuk nyata dari ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara ibadah dan kepedulian sosial. Semoga semangat berbagi ini terus menjadi bagian dari kehidupan umat Islam. (ivan)