SURABAYA, PustakaJC.co - Dalam kajian kitab Syarah Al-Hikam yang rutin digelar di kediamannya, Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa hakikat kesempurnaan nikmat dari Allah SWT tidak cukup hanya dengan melaksanakan ketaatan secara lahiriah.
“Taat itu penting. Tapi yang menjadi andalan bukan taatnya, melainkan Allah yang memberi kemampuan untuk taat itu sendiri,” jelas Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, dilansir dari nu.or.id, Selasa, (27/5/2025).
Ia menegaskan, seseorang baru mencapai kesempurnaan nikmat ketika hatinya sepenuhnya bergantung dan bersandar kepada Allah, bukan pada amal kebaikan yang ia lakukan.
“Kalau sudah seperti itu, maka Allah menyempurnakan kepada kita semua nikmat-Nya,” lanjut Abuya.
Kiai Miftach menjabarkan, nikmat lahiriah bisa berupa kelancaran rezeki, kemudahan hidup, dan ketenangan menjalankan syariat. Sementara nikmat batin lebih dalam, mencakup keteguhan iman, keyakinan terhadap balasan amal, serta kedekatan maknawi kepada Allah SWT.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa tantangan zaman kini sangat berat. Iman bisa goyah hanya karena godaan duniawi.
“Banyak orang yang sekarang imannya setipis kulit bawang, lihat uang iman melayang,” ungkap Kiyai Miftach.
Karena itu, ia mengajak umat untuk terus memperkuat keyakinan di tengah derasnya godaan.
“Kita harus yakin apa yang kita lakukan hari ini, kemarin, dan seterusnya dicatat oleh Allah, diketahui oleh Allah, dan pasti ada balasannya walaupun tidak ada orang yang tahu,” tutur Pengasuh pondok Miftahus Sunnah.
Pesan Kiai Miftach ini menjadi pengingat bahwa kesempurnaan nikmat bukan hanya soal amal dan syariat, melainkan juga soal hati yang tunduk, yakin, dan berserah secara total kepada Allah SWT. Sebab dari sanalah, seluruh kenikmatan sejati baik lahir maupun batin berpulang. (ivan)