MINA, PustakaJC.co - Pemandangan tak biasa tersaji di Jamarat, Mina. Ribuan jamaah haji Indonesia tampak kompak mengenakan batik Nusantara saat melaksanakan ritual lempar jumrah. Identitas budaya Indonesia itu bukan hanya mencuri perhatian, tapi juga menuai pujian dari petugas keamanan Arab Saudi dan jamaah negara lain.
Batik kembali membuktikan kekuatannya sebagai identitas bangsa, saat jutaan jamaah dari seluruh dunia memadati Jamarat, ribuan jamaah haji Indonesia tampil beda dengan seragam batik khas dari berbagai daerah. Dilansir dari nu.or.id, Selasa, (10/5/2025).
Motifnya beragam. Ada batik Solo, Pekalongan, Dayak Kalimantan, hingga batik modern. Para pria juga memadukannya dengan sarung, peci, syal, bahkan panji rombongan. Selain memperkuat kekompakan, seragam batik ini terbukti memudahkan jamaah tetap bersama rombongan meski dalam kepadatan ekstrem.
“Ketika ada yang terpisah, tinggal lihat batiknya. Langsung ditarik kembali. Ini sangat membantu,” ujar salah satu petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Pos Mobile Crisis Rescue (MCR) Jamarat.
Petugas keamanan Arab Saudi pun angkat topi. “Indonesia good,” kata Muhammed Kholid Al-Harbie sambil mengacungkan jempol. Ia mengaku kagum dengan kedisiplinan jamaah haji asal Indonesia.
Hal senada juga disampaikan Mahamed Farax, jamaah asal Somalia. Ia terkesan melihat kekompakan jamaah Indonesia.
“Saya suka sarungnya, saya sering pakai juga seperti orang Indonesia,” ungkap jamaah asal Somalia.
Ritual lempar jumrah yang berlangsung 10-13 Dzulhijjah ini membutuhkan tenaga ekstra. Jamaah harus berjalan kaki dari tenda Mina ke kompleks Jamarat. Dalam kondisi padat dan berdesakan, seragam batik bukan hanya lambang budaya, tapi juga strategi efektif menjaga keselamatan.
Sebagian besar jamaah Indonesia menyelesaikan jumrah pada 12 Dzulhijjah (8 Juni 2025), dengan mengambil nafar awal. Sisanya melanjutkan hingga 13 Dzulhijjah dengan nafar tsani. Selanjutnya mereka bersiap menjalani rukun thawaf ifadhah, sai, dan tahalul akhir.
PPIH mengimbau jamaah untuk beristirahat terlebih dahulu di hotel sebelum melanjutkan ke Masjidil Haram yang sudah kembali padat pada 8-9 Juni 2025. Khusus kloter awal yang segera pulang, tetap diarahkan menunaikan thawaf ifadhah sesuai jadwal.
Dari Jamarat hingga Masjidil Haram, jamaah haji Indonesia tak hanya menunjukkan kekhusyukan ibadah, tapi juga memperkenalkan kekayaan budaya bangsa. Batik tak hanya menjadi identitas, tapi juga jembatan persaudaraan antar bangsa di Tanah Suci. (ivan)