Tak lama berselang, muncul pula pernyataan Kiai Nur Ihya yang meragukan kualitas Pesantren Lirboyo dan mengimbau orang tua untuk memindahkan putra-putrinya. Meski disampaikan sebagai pandangan pribadi, narasi semacam ini dengan cepat menyebar dan memicu kesimpangsiuran di tengah masyarakat.
Dalam tradisi pesantren, kehormatan ulama, habaib, dan dzurriyat Nabi Muhammad SAW dijunjung tinggi. Kedekatan para kiai dengan habaib telah menjadi bagian dari transmisi ilmu, adab, dan silsilah keilmuan sejak masa para pendiri pesantren. Karena itu, penyudutan terhadap kedekatan tersebut bukan hanya menunjukkan minimnya pemahaman sejarah, tetapi juga mengaburkan nilai adab yang diwariskan para masyayikh.
Narasi semacam ini bekerja secara halus—melalui istilah baru yang provokatif, pengulangan opini yang tidak ilmiah, dan fragmentasi informasi. Ketika sebuah istilah terus diulang dalam ruang publik, perlahan ia membentuk persepsi baru. Jika tidak diimbangi dengan literasi keilmuan, masyarakat bisa terjebak pada opini yang tidak berdasar.