Pesantren NU Kian Teguh Menjaga Tradisi di Tengah Arus Opini

bumi pesantren | 20 November 2025 09:07

 

Pesantren besar seperti Lirboyo, Ploso, Sidogiri, Sarang, dan lainnya kerap menjadi sasaran karena memiliki jaringan alumni luas, pengaruh sosial kuat, dan jejak historis panjang. Menyerang reputasi lembaga-lembaga ini dapat menjadi cara cepat untuk menggeser peta pengaruh keagamaan. Kritik memang wajar, tetapi framing negatif yang viral dapat menimbulkan kesimpangsiuran dan membangun keraguan publik secara tidak proporsional.

 

Ketika muncul narasi seperti “jangan mondok di kiai tertentu karena bisa jadi budak”, itu bukan sekadar kalimat provokatif, melainkan bentuk delegitimasi terhadap otoritas keilmuan. Dalam tradisi ulama, menjatuhkan martabat guru sama artinya dengan merusak mata rantai ilmu. Publik diarahkan menjauhi ulama bersanad jelas, lalu mengikuti figur yang belum tentu memiliki dasar yang kuat.

 

Jika pola semacam ini dibiarkan, standar keilmuan bisa bergeser. Fanatisme tokoh, kultus individu, dan fragmentasi umat menjadi ancaman yang nyata. Padahal pesantren telah lama mengajarkan adab perbedaan, penghormatan antarulama, dan penjagaan sanad keilmuan.