PALEMBANG, PustakaJC.co – Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa intelektualisasi santri kini menjadi salah satu agenda strategis dalam penguatan pesantren. Pesan itu ia sampaikan dalam Halaqah Penguatan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pesantren di UIN Raden Fatah Palembang, Jumat, (21/11/2025).
Ia menekankan, pesantren memiliki peran historis yang tidak terpisahkan dari perjalanan bangsa. Menurutnya, memperkuat pesantren hari ini berarti memperkuat fondasi nilai yang telah menopang Indonesia sejak masa perjuangan. Dilansir dari kemenag.go.id, Minggu, (23/11/2025).
Romo Syafi’i juga menyoroti pentingnya pembaruan paradigma pendidikan. Santri, katanya, harus mampu menguasai disiplin ilmu yang lebih luas, termasuk sains, teknologi, ekonomi, hingga kedokteran.
“Memahami agama berarti memahami ilmu pengetahuan. Islam membuka ruang luas bagi pengembangan ilmu,” ujar Romo Syafi’i.
Dalam forum tersebut, ia mengapresiasi langkah Direktorat Pesantren dalam memperkuat rekognisi kelembagaan melalui regulasi dan pembinaan yang lebih sistematis. Upaya ini dinilai menjadi kunci peningkatan peran pesantren di era disrupsi.
Direktur Pesantren Basnang Said menambahkan, perjuangan pengakuan formal pesantren sudah berlangsung lama dan salah satu tonggaknya adalah kebijakan Gus Dur melalui pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C. Sementara itu, Rektor UIN Raden Fatah Prof. Muhammad Adil menekankan bahwa pesantren adalah tradisi keilmuan Islam yang relevan lintas zaman.
Halaqah juga menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai pesantren di Sumatera Selatan, serta dihadiri pimpinan kampus dan jajaran Kemenag daerah. (ivan)