Resiliensi terhadap bencana, ditegaskan Khofifah, bisa terwujud dengan adanya kolaborasi yang kuat seluruh elemen pentahelix. Mulai dari media massa, akademisi, masyarakat, dunia usaha, pemerintah. Di mana, masyarakat yang di dalamnya termasuk relawan memiliki peran besar dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana.
"Alhamdulillah, masyarakat kita menganut adat kegotongroyongan yang sangat guyub. Bahkan kami pernah menghitung di tiap bencana, donasi dari masyarakat bisa mencapai hingga 85% dari total bantuan yang ada," katanya.
"Tak hanya itu, kita juga punya pilar sosial seperti Tagana yang cepat tanggap. Merekalah garda terdepan dalam setiap penanggulangan bencana," katanya.
Selain itu, penanggulangan bencana berbasis masyarakat juga gencar dilakukan di Jatim. Dimana, Pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) jumlahnya mencapai 30 lokasi sekolah di Jatim. Kemudian, Desa Tangguh Bencana (Destana) di Jatim jumlahnya mencapai 1.542 Desa.