Menariknya, pada awal kehadirannya, angkringan mulanya bernama “hik”. Tidak ada catatan pasti yang menjelaskan mengapa dinamakan “hik”. Salah satu sumber menyebut, “hik” merupakan akronim dari hidangan istimewa kampung (Indrawati dalam Azizah, 2015).
Meski demikian, lepopuleran warung “hik” di Solo pada 1940-an ini pada akhirnya merambah ke Yogyakarta pada 1950-an.
Di Yogyakarta ini lah nama angkringan lahir.
Nama angkringan tercipta tidak terlepas dari suasana dan kondisi di tempat tersebut. Angkringan berasal dari Bahasa Jawa, yakni “angkring” atau “nangkring”, yang artinya duduk santai dan lebih bebas.
Di angkringan, pembeli dapat duduk di sebuah kursi panjang, menghadap gerobak yang dipenuhi dengan aneka makanan, atau beberapa angkringan juga menyediakan tikar agar pembeli dapat duduk lesehan.