Di Balik Pergantian Pelatih Tim Garuda

komunitas | 09 Januari 2025 06:32

Di Balik Pergantian Pelatih Tim Garuda
dok pssi

SURABAYA, PustakaJC.co - Setelah melalui berbagai simpang siur, teka-teki soal kejelasan masa depan pelatih Shin Tae-yong akhirnya terjawab. Dalam rilis resminya, Senin (6/1) PSSI mengumumkan berpisah dengan pelatih Shin Tae-yong.

Keputusan ini sepintas terlihat mengejutkan, karena Timnas Indonesia masih bersaing di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dan sudah lolos ke Piala Asia 2027. Dengan situasi ini, pergantian pelatih secara mendadak jelas tidak ideal.

Terlepas dari kegagalan di Piala AFF 2024, kiprah pelatih asal Korea Selatan ini terbilang cukup sukses, khususnya di level Asia. Lolos ke semifinal Piala Asia U-23 dan babak akhir kualifikasi Olimpiade 2024, ditambah pengalaman pertama di fase gugur Piala Asia 2023, telah membawa Tim Garuda ke level terbaik di era modern.

Masalahnya, ketika pergantian pelatih terjadi secara mendadak, biasanya ada faktor luar biasa di baliknya. Pada kasus perpisahan PSSI dan Shin Tae-yong, dalam rilis resmi PSSI, Erick Thohir selaku ketua umum PSSI mengungkap, ada masalah komunikasi dan disharmoni dalam tim.

Masalah ini muncul sejak hasil imbang 2-2 melawan Bahrain, dan kekalahan 1-2 atas Tiongkok, dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan Oktober 2024 silam. Pada periode ini, PSSI disebut sudah mulai berencana mengganti pelatih.

Sekilas, langkah ini terlihat "sembrono", karena nama pengganti yang muncul adalah Patrick Kluivert. Meski belum dirilis PSSI, nama eks pemain Timnas Belanda itu sudah disebut oleh Fabrizio Romano, sebagai pelatih baru Timnas Indonesia.

Lebih lanjut, pada unggahan di akun media sosialnya, pakar transfer kenamaan asal Italia itu membeberkan, Patrick Kluivert diikat kontrak selama dua tahun, dengan opsi perpanjangan kontrak selama dua tahun.

Dalam hal pengalaman bermain, pelatih kelahiran tahun 1976 itu memang tergolong "kenyang" pengalaman di liga-liga top Eropa. Selain menjuarai Eredivisie Belanda bersama Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven, gelar juara Liga Spanyol juga sempat dirasakan saat membela Barcelona.

Ditambah pengalaman singkat di Lille (Prancis), Newcastle United (Inggris), AC Milan (Italia), dan Valencia (Spanyol) eks penyerang top era 1990-an ini menunjukkan, dia punya keterampilan linguistik yang cukup oke, sebagai bekal bermain dan melatih di luar negeri.

Di level tim nasional, juara Liga Champions musim 1994-1995 bersama Ajax ini sempat menjadi ujung tombak andalan Timnas Belanda, kala Tim Oranye menjadi semifinalis Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Di Piala Eropa 2000, namanya bahkan tercatat sebagai top skor dengan mencetak 5 gol.

Kluivert sempat tampil juga di Piala Eropa 2004, saat Belanda kembali menjadi semifinalis. Inilah turnamen mayor terakhirnya di tim nasional. Saat pensiun, pria kelahiran kota Amsterdam ini sempat tercatat sebagai top skor sepanjang masa tim nasional dengan catatan 40 gol, sebelum akhirnya dilampaui Klaas Jan Huntelaar (42 gol), Memphis Depay (46 gol) dan Robin Van Persie (50 gol) di tahun-tahun berikutnya.

Dengan pengalaman bermain di babak akhir turnamen mayor bersama tim nasional, ditambah kemampuan berbahasa asing yang oke, rasanya Kluivert bisa mengatasi masalah komunikasi yang ada, sambil tetap menjaga tim tetap kompetitif. Kebetulan, sebagian besar pemain diaspora di Timnas Indonesia lahir di Belanda.

Kebetulan yang ada semakin sempurna, karena PSSI masih akan menambah amunisi pemain diaspora Indonesia kelahiran Belanda. Setelah Ole Romeny (Oxford United, Inggris), ada Danny Van Den Heuvel (Club Brugge, Belgia) dan Tristan Gooijer (PEC Zwolle) yang masuk daftar.

Praktis, masalah terbesar yang dimilikinya tinggal pengalaman melatih yang tergolong minim sebagai pelatih kepala. Sejak mulai melatih di tahun 2008, situs Transfermarkt mencatat, pria berdarah Suriname ini hanya pernah melatih tim junior di Twente dan Ajax Amsterdam (Belanda), dengan pengalaman melatih tim senior di Timnas Curacao, dan Adana Demirspor (Turki).

Uniknya sejumlah posisi berbeda pernah dijalankan Kluivert selama melatih di level klub, yakni Direktur Akademi (Barcelona), Pelatih khusus striker (AZ Alkmaar dan NEC Nijmengen, Belanda), Direktur Olahraga (Paris Saint-Germain, Prancis), dan asisten pelatih (Brisbane Roar, Australia).

Di level antarnegara, selain pernah melatih Timnas Curacao, pelatih berlisensi UEFA Pro ini juga sempat menjadi asisten pelatih di Timnas Belanda dan Kamerun, juga menjadi penasihat teknik di Timnas Curacao. Dari sekian banyak pengalaman melatih ini, prestasi terbaiknya adalah meraih juara ketiga di Piala Dunia 2014, bersama Timnas Belanda.

Dengan pengalaman melatih yang terbilang beragam, keberadaan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia sekaligus mengindikasikan, PSSI ingin berusaha semaksimal mungkin di Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Otomatis, ada tekanan tinggi di sini, karena tuntutan meraih hasil mmaksimalakan lebih besar. Inilah taruhan besar, yang sedang coba diambil PSSI, demi mengejar kesempatan lolos ke Piala Dunia.

Jika pemain diaspora Indonesia yang datang setelah ini semakin banyak, dengan kualitas yang oke, pergantian pelatih yang terkesan mendadak (mungkin) adalah bagian dari rencana PSSI yang memang sudah disusun rapi sejak lama.

Meski begitu, sebuah pertaruhan selalu punya dua pilihan tegas: sukses besar atau gagal total. Semua kemungkinan bisa saja terjadi, tapi semoga kali ini PSSI cukup beruntung. (int)