Industri Kemasan Surabaya Bergerak ke Arah Hijau, Tapi Tersandung Sampah

surabaya | 14 Juni 2025 10:52

Industri Kemasan Surabaya Bergerak ke Arah Hijau, Tapi Tersandung Sampah
Indonesian Packaging Federation (IPF) menyoroti pentingnya sistem pengelolaan sampah dalam mendukung upaya industri menuju keberlanjutan.. (dok jawapos)

SURABAYA, PustakaJC.co - Industri kemasan nasional mulai berubah arah dari sekadar menarik mata menjadi ramah lingkungan. Namun, tanpa sistem pengelolaan sampah yang kuat, mimpi keberlanjutan bisa terhenti di tengah jalan.

Arah industri kemasan menuju prinsip keberlanjutan kian nyata. Namun tantangan besar masih mengadang, terutama pada sisi hilir: sistem pengelolaan sampah yang belum solid dan menyeluruh. Dilansir dari jawapos.com, Sabtu, (14/6/2025).

 

“Problem kita bukan hanya pada jenis kemasan. Teknologi daur ulang sudah ada, tapi sistem pengumpulan dan pengelolaan sampah belum berjalan. Itu masalah utama,” tegas Henky Wibawa, Executive Director Indonesian Packaging Federation (IPF) dalam talkshow Sustainable Packaging Design: Trends, Innovations and Roadmap towards Circular Economy, Jumat, (13/6/2025) di Surabaya.

Henky mengungkapkan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 sebenarnya telah mewajibkan transformasi dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi TPST (Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu berbasis pemilahan). Namun implementasinya belum optimal di banyak daerah.

“Kalau sistemnya tidak berjalan, sampah tetap dibuang ke sungai, laut, atau TPA terbuka. Itu yang menciptakan pencemaran,” tambah Henky.

IPF menilai, pengelolaan sampah berkelanjutan harus ditopang oleh empat pilar: infrastruktur, pembiayaan, teknologi, dan tata kelola. Sayangnya, keempat elemen ini belum bersinergi maksimal.

Meski begitu, ada harapan dari dunia industri. Dalam ajang PackindoStar Award, kategori Sustainability Packaging mencatat peningkatan peserta dalam tiga tahun terakhir.

“Tahun lalu ada 14 peserta dari industri di kategori sustainability. Ini menunjukkan bahwa pelaku industri sudah mulai peduli dan mengarah ke praktik berkelanjutan,” ungkap Ariana Susanti, Business Development Director IPF.

IPF juga berkolaborasi dengan lembaga internasional seperti Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) untuk mendorong penggunaan bahan dari hutan lestari. Produk yang lolos juga bisa mewakili Indonesia di ajang global seperti WorldStar Award.

“Sekarang industri dituntut tidak hanya membuat kemasan fungsional dan menarik, tapi juga bertanggung jawab setelah kemasan itu tidak dipakai,” lanjut Ariana.

Upaya industri menuju kemasan hijau harus berjalan beriringan dengan reformasi sistem pengelolaan sampah nasional. Tanpa sinergi dari hulu ke hilir, keberlanjutan hanya akan jadi label, bukan perubahan nyata. (ivan)