Tradisi Tionghoa di Surabaya

gaya hidup | 16 Januari 2023 07:29

Tradisi Tionghoa di Surabaya
dok surabaya

4. Hari Ketiga dan Keempat.

Bagi masyarakat Tionghoa di Surabaya, hari ketiga dan keempat Imlek dianggap kurang baik untuk berkunjung ke sahabat dan relasi. Juga kurang bagus untuk memulai aktivitas dalam bisnis.

Sebab, hari ketiga dan keempat dikenal sebagai Chi Kou yang artinya mudah terlibat perdebatan. Itu ada kaitannya dengan hidangan goreng yang dikonsumsi selama dua hari pertama.

Masyarakat Tionghoa Surabaya kebanyakan, biasanya berdoa dan berziarah ke kuburan keluarga pada hari ketiga dan keempat.

5. Hari Kelima

Istilah Po Wu dalam hari kelima Imlek memiliki arti menyingkirkan yang lama. Umumnya, masyarakat Tionghoa Surabaya akan membersihkan barang-barang yang sudah lama dan tidak terpakai. Membuang sampah dan sisa sesajian yang telah terpakai sebelumnya.

Pada hari kelima, masyarakat akan meramal dan memperkirakan suram atau tidaknya, kedamaian, keberuntungan sepanjang tahun dengan cuaca hari tersebut. Bisnis juga dibuka kembali pada hari tersebut.

Hari kelima bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Dewa Kekayaan. Sehingga orang yang percaya akan sembahyang khusus bagi Dewa Kekayaan.

6. Hari Keenam

Masyarakat Tionghoa di Surabaya pada umumnya mengisi hari keenam Imlek dengan meluangkan waktu mengunjungi rumah ibadah. Mereka berdoa, mengunjungi keluarga, teman dan sahabat untuk mempererat silaturahmi. Serta membagikan angpau bagi keluarga yang belum sempat bertemu.