Psikologi Ungkap Fakta di Balik Ungkapan “Jodoh Tak Akan ke Mana”

gaya hidup | 10 Agustus 2025 17:00

Psikologi Ungkap Fakta di Balik Ungkapan “Jodoh Tak Akan ke Mana”
Psikologi Ungkap Fakta di Balik Ungkapan “Jodoh Tak Akan ke Mana” (dok yoursay)

Surabaya, PustakaJC.co - Ungkapan “jodoh tak akan ke mana” sering terdengar di telinga kita, memberi kesan bahwa pasangan hidup sudah pasti dan akan datang pada waktunya. Namun, psikologi menegaskan bahwa jodoh bukan sekadar soal takdir, melainkan juga hasil dari usaha, kesiapan emosional, dan hubungan yang sehat.

 

Penelitian dari Journal of Social and Personal Relationships (2018) menunjukkan, keberlangsungan hubungan lebih banyak dipengaruhi oleh kecocokan psikologis serta kemampuan pasangan dalam menghadapi konflik. Artinya, tanpa komunikasi yang baik, empati, dan kepercayaan, bahkan pasangan yang diyakini sebagai “jodoh” pun bisa berpisah.

 

Ketertarikan yang muncul di awal hubungan, menurut psikologi, kerap dipicu oleh emotional flooding ledakan emosi yang terasa begitu intens. Namun, sensasi ini bisa memudar seiring waktu, dan hanya pasangan yang mampu menghadapi tantanganlah yang akan bertahan.

 

Hal lain yang sering terabaikan adalah kesiapan emosional. Banyak hubungan kandas bukan karena dua orang tersebut tidak berjodoh, melainkan karena salah satu atau keduanya belum siap membangun komitmen jangka panjang.

 

Psikologi positif menekankan, untuk menemukan pasangan yang tepat, kita perlu terlebih dahulu menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Dengan kondisi emosional yang sehat, kita akan lebih mudah menarik pasangan yang juga siap membangun hubungan berkualitas.

 

Singkatnya, percaya pada takdir boleh saja, tetapi menunggu tanpa usaha sama saja seperti membiarkan kesempatan berlalu. Jodoh mungkin sudah ada, tetapi untuk bisa bersatu, dibutuhkan kesiapan, kesadaran, dan kerja sama dari kedua pihak. (nov)