Rinengkuh Kinasih Disbudpar Jatim Meriahkan Pendopo Taman Budaya Jateng

gaya hidup | 29 November 2025 05:22

Rinengkuh Kinasih Disbudpar Jatim Meriahkan Pendopo Taman Budaya Jateng
Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari (tengah) bersama pejabat, dan staf serta kru Rinengkuh Kinasih di Pendopo Taman Budaya Jateng. (dok jatimpos)

SURAKARTA, PustakaJC.co - Pemprov Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim bekerja sama dengan Taman Budaya Jawa Tengah menggelar agenda budaya Rinengkuh Kinasih (Silaturahmi) di Pendopo Taman Budaya Jawa Tengah, Kamis malam, (27/11/2025).

 

Kepala Disbudpar Jatim Evy Afianasari menjelaskan kegiatan ini merupakan implementasi program Disbudpar dalam upaya konservasi, pengembangan, dan perluasan seni Jawa Timuran di luar wilayah utama. Dilansir dari jatimpos.co, Sabtu, (29/11/2025).

 

“Program ini bertujuan menggali dan merawat budaya Jawa Timur yang dipelihara oleh komunitas-komunitas migran Jatim yang tetap menghidupi identitas budaya asalnya,” kata Evy.

 

 

Acara menampilkan pertunjukan tari utama bertajuk “Sang Wijaya: Forging The Authority of Wilwatikta Imperium”, yang mengisahkan fase keruntuhan Singasari hingga bangkitnya Wijaya Narpati sebagai arsitek Majapahit.

 

Karya ini lahir dari kolaborasi komunitas seni Jawa Timur di Surakarta dan digarap tiga seniman utama: Anggono Kusumo Wibowo, Bagus “Cakil” Bagaskoro, serta Dwi Suryanto (Dalang Gendut Berijazah).

Sebanyak 70 personel terlibat, mulai penari, pemusik, hingga kru panggung. Proses kreatif berlangsung dua bulan melalui riset naskah, gerak, dramaturgi, musikal, dan artistik. Pentas dimulai pukul 19.00 WIB dengan durasi sekitar 1,5 jam.

 

Pertunjukan menggambarkan situasi Singasari yang berada di ambang keruntuhan akibat invasi, pengkhianatan, dan perebutan kuasa. Dari kehancuran itu, Wijaya Narpati bangkit membangun kembali otoritas melalui diplomasi, strategi perang, serta kemampuan menyatukan kekuatan yang tercerai-berai.

 

 

Selain karya utama, Rinengkuh Kinasih juga menampilkan Tari Glipang, tarian tradisional asal Probolinggo yang dipercaya berasal dari kata Arab gholiban (kebiasaan).

Tarian yang dikembangkan oleh Sari Truno pada 1920 ini memadukan unsur Rudat, Hadrah, dan pencak silat. Dalam acara ini, Tari Glipang dibawakan oleh tujuh penari putri dan menjadi ikon budaya Probolinggo. (ivan)