Dorong Jiwa Entrepreneur Kaum Milenial, PustakaJC.co Gelar Seminar Nasional

pemerintahan | 09 Oktober 2022 15:06

Dorong Jiwa Entrepreneur Kaum Milenial, PustakaJC.co Gelar Seminar Nasional
Dok pustakajc.co

BATU, PustakaJC.co - Ikhtiar dalam menumbuhkan semangat berwirausaha atau entrepreneur bagi kaum milenial terus digalakkan oleh perusahaan PustakaJC Multi Media. 

 

Salah satunya adalah dengan menggelar seminar nasional entrepreneur. Menariknya, seminar nasional ini, dikemas oleh PustakaJC dalam satu rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh tepat hari ini, Sabtu (08/10/2022).

Direktur utama PT PustakaJC Multi Media, Intan B. Permata Ayu menyampaikan, tema seminar nasional entreprenuer tahun ini adalah 'Meneladani Jiwa Entrepreneur rasulullah SAW dalam Rangka Membangun generasi Muda yang Mandiri Finansial’.

 

Tema tersebut kata Ayu, dipilih dengan pertimbangan bahwa jiwa entrepreneur sangat diperlukan oleh generasi muda atau kaum milenial di era 4.0 seperti saat ini. Ditambahlagi, adanya pasar bebas di tahun 2025 mengharuskan mereka untuk kreatif dalam menciptakan peluang bisnis sehingga dapat bersaing secara global.

 

"Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini kami aktualisasikan dalam bentuk kegiatan Seminar. Kami ini mengulas kembali  sejarah Rasulullah dalam menumbuhkan jiwa entrepreneur di kalangan generasi muda. Baik pemikiran, pengetahuan, kreatif, dan cara pengaplikasiannya di lapangan," kata Ayu.

"Untuk tema yang kami angkat, bukan hanya entrepreneur secara umum, tetapi entrepreneur seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW," katanya lagi.

 

Gelaran seminar yang diikuti oleh 120 peserta ini, menghadirkan dua narasumber utama yakni Owner brand ayam goreng dan burger D'besto drh Hj. Evalinda Amir serta penulis dan sastrawan sekaligus pengasuh pondok pesantren Baitul Kilma KH Aguk Irawan MN. 

Selain dua narasumber ini, hadir pula Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Timur (Jatim) Aris Mukiyono yang diwakilkan oleh Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal DPMPTSP Jatim Arief Faurony sebagai keynote speaker.

 

Arief Faurony dalam pemaparannya menyebutkan, selama pandemi Covid-19 setidaknya ada dua sektor usaha di Jatim yang tidak terlalu terdampak. Kedua sektor ini adalah UMKM dan start Up.

 

Lucunya, meski UMKM dan start up di Jatim tinggi, namun untuk produk-produk UMKM yang berlabel halal masih berasal dari negara lain.

"Produk halal kita untuk rotan dan garmen saja dari China dan Brasil," kata Arif. 

 

Oleh karenanya hingga kini Arief menyampaikan, pemerintah Jatim tengah mengembangkan pusat sektor industri halal khusus UMKM di bumi Majapahit. Hal tersebut lanjutnya, sejalan instruksi Wakil Presiden RI, KH. Maaruf Amin.

 

"Kita sudah petakan, daerah-daerah yang punya potensi UMKM tinggi yang nantinya kita jadikan sebagai lokomotif industri halal. Saat ini yang sudah di bangun itu ada di Kabupaten Sidoarjo," akunya.

 

Arief juga mendorong agar para generasi milenial di Jatim, dapat memanfaatkan peluang bisnis yang telah disediakan pemerintah. Salah satunya adalah kemudahan dalam mendapatkan nomor izin berusaha (NIB).

Pelayanan perizinan seperti NIB yang dilakukan oleh DPMPTSP katanya, juga sejalan dengan cara berbisnis Nabi Muhammad SAW. Mulai dari kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kejujuran hingga keadilan. 

 

"Dalam melakukan operasional, pelayanan perizinan dilakukan secara gratis dan ada jangka waktu.Misalnya untuk pengurusan NIB jangka waktu 5 hari, kami usahakan selesai tepat waktu. Ada kepastiannya. Dan semuanya gratis, tidak membeda-bedakan pelaku usaha A atau pelaku usaha B. Itu dilakukan secara online, jadi transparan," katanya.

 

Senada dengan itu, Owner brand ayam goreng dan burger D'besto drh Hj. Evalinda Amir mengajak generasi milenial untuk berani memulai bisnis sejak dini.

 

Hal tersebut katanya, sangat penting mengingat para generasi milenial memiliki semangat belajar dan kreativitas yang tinggi dalam melakukan sesuatu.

 

"Cobalah untuk memulai bisnis sejak muda. Gali potensi dalam diri masing-masing, pasion kalian ke mana itu yang kita tekuni," kata Evalinda.

Dalam berbisnis lanjutnya, tentu tidak selalu berjalan mulus. Acapkali bisnis lancar, namun tak sedikit pula bisnis yang dikelola berada diujung tanduk atau mati segan hidup pun tak mampu.

 

Kepada para peserta, ia berbagi pengalaman perjalanan kisahnya dalam mendirikan D'besto. Tahun 1994. Namun baru empat tahun berdiri, bisnis yang dirintis bersama suaminya drh. Setyajid, harus bangkrut karena terpaan krisis moneter 1998.

 

"Bahkan saat itu, mau makan sehari pun kami sekeluarga kesulitan. Tapi itu memang resiko berbinis yang harus kami lewati," katanya.

 

Tak patah arang, wanita yang akrab disapa bunda ini pun kembali membangun d'besto pasca krisis usai. Awal tahun 2000-an pemulihan bisnisnya mulai berjalan normal. Namun lagi-lagi di tahun 2005, untuk kedua kalinya bisnisnya bangkrut akibat flu burung.

 

"Kalau saat itu saya berhenti berjuang mungkin sekarang nama d-besto tidak dikenal orang. Tapi karena ikhtiar dan semangat pantang menyerah inilah yang membuat sampai saat ini kami telah memperkejakan 4 ribu lebih karyawan dan 700 lebih cabang yang tersebar di seluruh Indonesia," katanya diiringi tepuk tangan peserta.

 

"Jadi buat para generasi muda, kaum milenial harus punya mimpi dan tujuan. Selagi masih muda berusahalah sekeras mungkin, karena sebuah bisnis tidak akan bisa didapatkan dengan cara instan," ucapnya lagi memberi nasihat.

 

Sementara itu, Aguk Irawan mengatakan, yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan kompetensi. Menurutnya, dalam trust itu ada integritas dan kemampuan melaksanakan usaha.

 

"Rasulullah adalah seorang entrepreneur yang memiliki strategi dalam mengembangkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai sukses," katanya.

 

Sebagai pengusaha dan pemimpin, Rasulullah mempunyai sumber income yang sangat banyak. Namun Rasul  sangat ringan tangan memberi bantuan. "Beliau sangat tidak sabar melihat ada umat yang menderita dan tidak ridha melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di depan matanya," kata pria berdarah Lamongan.

 

Itu sebabnya, sambungnya, Rasulullah selalu berinfak dengan kecepatan yang luar biasa, yang digambarkan para sahabatnya sebagai "seperti hembusan angin". "Ia menyedekahkan begitu banyak hartanya dan mengambil sedikit saja untuk diri dan keluarganya," pungkasnya. (int).